Bisnika - Ketua BPD HIPMI Jaya, Sona Maesana mengajak pengusaha muda tetap optimis menatap tahun 2023, meski geliat ekonomi dihantui ancaman resesi. Apalagi, pemerintah saat ini telah mencabut PPKM, sehingga daya beli masyarakat kembali meningkat.
"Meski ada ancaman resesi ekonomi, HIPMI Jaya mengajak kepada seluruh pengusaha khususnya pengusaha muda untuk optimis menghadapi 2023. Namun tetap waspada dalam mengatur strategi bisnis meski Indonesia masih dalam kondisi bagus dan stabil," ujar Sona Maesana.
Adapun, ekonomi nasional diproyeksikan mampu tumbuh di angka 5,2 sampai 5,3 persen YoY di tahun 2023.
Baca Juga: Ketua BPD HIPMI Banten, Ananda Trianh Salichan hadiri Muscab IV HIPMI Tangsel bersama Wamentan
Sedangkan inflasi Indonesia terkendali pada 5,5, persen di tahun ini, atau jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara lain seperti Uni Eropa yang berada di angka 9,2 persen.
Seperti telah disebut, meski tetap optimis, Sona meminta pengusaha tetap waspada dalam mengatur strategi bisnis.
Sebab, sambung Sona, rupiah bisa terus tertekan dalam beberapa waktu mendatang, sebagai imbas dari agresifnya The Fed dalam melakukan kebijakan moneter.
Baca Juga: Rekomendasi 5 game mobil balap terbaik untuk Android
Hal ini harus diwaspadai dengan meningkatkan produksi dan konsumsi dalam negeri atas produk lokal dan mengurangi ketergantungan impor.
"BI yang terus meningkatkan suku bunga acuan sehingga membuat para pengusaha harus terampil dalam mengelola likuiditas serta menerapkan strategi-strategi yang jitu berdasarkan perhitungan yang matang, juga jeli melihat peluang usaha mengingat ada beberapa sektor industri yang justru naik kelas karena resesi," ujar Sona lagi.
Lebih lanjut Sona menilai harga komoditas yang terus meningkat dan tingginya nilai dolar atas rupiah bisa menjadi peluang untuk meningkatkan produksi dalam negeri dengan tujuan ekspor.
Banyak pengusaha yang sudah memiliki produk siap ekspor sehingga harus didukung dengan pelatihan dari pemerintah serta kolaborasi dengan seluruh ITPC yang ada di setiap kedutaan di negara sahabat.
Terkait banyaknya PHK yang terjadi, Sona berpendapat bahwa hal ini sebaiknya dilakukan secara linear dengan pendapatan dan performance perusahaan.